Jalan Merah
Menetes lagi , lagi, dan tak kunjung berhenti
Jalanan pun iri dengannya sehingga
nampaklah aliran padanya
Merah kehitaman hanya itu yang nampak
Punggung jalan seakan merintih sakit , beban yang dipikulnya
Pastilah dia merasakannya,
sekumpulan manusia tak bergerak
tergeletak di atasnya
Namun dia ikhlas karena mereka hanya
membela dia dan sekitarnya
Tak apalah dia diterjang semburan
peluru, api atau tank yang menggerusnya
Namun sedih kan menyelimuti saat
pembelanya tak mampu bermai-main lagi di atas punggungya
Sekarang Diam tergeletak
Setelah batu yang terlontar, terbalaskan semburan peluru dan rudal
Wahai
jalan siapakah namamu ?
Oh,
siapakah yang tahu, pemberi nama pun
tlah tiada
Dia
hanya mampu sedikit bersua
“Aku
hanyalah tempat mereka berjalan , berkeliling , dan kadang dengan benda logam
itu .
Dulu aku panjang sampai Masjidil Aqsa .
Namun
sampai sependek ini masih terus mereka menggempurku