Indonesia
dewasa ini tak seperti air tenang di danau. Indonesia hari ini belum
mampu mengayuh perahunya sendiri. Indonesia di menit ini, masih lapar
di tengah hamparan padi nan luas. Indonesia di detik ini, belum mampu
berdiri di kaki sendiri .
Produksi
dan cadangan minyak bumi Indonesia dari tahun ke tahun semakin
berkurang. Maka, untuk menanggulangi itu salah satunya dilakukan
konversi
penggunaan minyak tanah ke gas yang mulai dilaksanakan sejak tahun
2006 silam.
Pengalihan ini banyak orang mengatakan adalah hal baik karena beralih
ke sumber energi lain yaitu gas . Namun, pada kenyatannya gas yang
dipakai juga diambil sebagian besar dari kilang minyak yang disebut
dengan LPG (Liquified
Petroleum
Gas).
Padahal
produksi dan cadangan dari kilang gas kita masih baik dan tergolong
melimpah. Tetapi oleh pemerintah tidak dimanfaatkan di dalam negeri
melainkan sebagian besar diekspor
ke
luar negeri seperti ke Jepang yang di sana digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik. Data Ditjen Migas dari rata-rata produksi
di kilang Arun, Badak, dan Tangguh dari tahun tahun 2004-2012
sebanyak 97,9
%
diekspor ke luar negeri . Artinya yang digunakan di dalam negeri
hanya 2,1
%
saja.
Seiring dengan
bergantinya tahun, kebutuhan LPG tentunya semakin meningkat. Sebagai
contoh pada tahun 2013, kebutuhan akan LPG untuk konsumsi publik
mencapai 5,7 juta metrin ton (dalam kurun waktu 1 tahun). Karena
memang cadangan dan produksi minyak bumi kita semakin berkurang ,
maka menjadikan LPG tak bisa hanya dipenuhi dari dalam negeri saja .
Menurut data Ditjen Migas, produksi total LPG di tahun 2006 dalam
presentase masih sebesar 95% , di tahun 2012 menjadi 50%. Artinya di
tahun 2012 untuk pemenuhan LPG kita harus mengimpor sebesar 50%.
Bahkan kabar terbaru di tahun 2014 ini Indonesia harus mengimpor
sebesar 60%
untuk
kebutuhan LPG.
Lebih
dari separuh LPG yang bisa dijumpai di berbagai rumah itu ternyata
hasil jerih payah asing yang masuk ke negeri kita.
Indonesia
hari ini telah masuk ke dalam net-importer untuk minyak bumi dan LPG.
Kalau keadaan ini dibiarkan terus, lama-kelamaan Indonesia akan masuk
ke dalam area net-importer
Energi. Sistem
energi kita akan sepenuhnya tergantung dan dikuasai asing.
Memang dalam hal ini
sumber daya LPG tidak terlalu melimpah di bumi pertiwi ini. Namun
Indonesia tentu mempunyai kekayaan berupa gas alam yang sebenarnya
bisa digunakan sebagai pengganti LPG. Hanya saja, pemerintah belum
terlalu bisa melakukan terobosan dalam rangka pemanfaatan gas alam.
Entah apakah ini karena minimnya dana dan infrastruktur, ataukah
keterkaitan mafia migas yang menutup-nutupi potensi gas alam
tersebut?
No comments:
Post a Comment