Wednesday, November 5, 2014

Impor LPG , LNG ekspor ??


Indonesia dewasa ini tak seperti air tenang di danau. Indonesia hari ini belum mampu mengayuh perahunya sendiri. Indonesia di menit ini, masih lapar di tengah hamparan padi nan luas. Indonesia di detik ini, belum mampu berdiri di kaki sendiri .
Produksi dan cadangan minyak bumi Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkurang. Maka, untuk menanggulangi itu salah satunya dilakukan konversi penggunaan minyak tanah ke gas yang mulai dilaksanakan sejak tahun 2006 silam. Pengalihan ini banyak orang mengatakan adalah hal baik karena beralih ke sumber energi lain yaitu gas . Namun, pada kenyatannya gas yang dipakai juga diambil sebagian besar dari kilang minyak yang disebut dengan LPG (Liquified Petroleum Gas). Padahal produksi dan cadangan dari kilang gas kita masih baik dan tergolong melimpah. Tetapi oleh pemerintah tidak dimanfaatkan di dalam negeri melainkan sebagian besar diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang yang di sana digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Data Ditjen Migas dari rata-rata produksi di kilang Arun, Badak, dan Tangguh dari tahun tahun 2004-2012 sebanyak 97,9 % diekspor ke luar negeri . Artinya yang digunakan di dalam negeri hanya 2,1 % saja.
Seiring dengan bergantinya tahun, kebutuhan LPG tentunya semakin meningkat. Sebagai contoh pada tahun 2013, kebutuhan akan LPG untuk konsumsi publik mencapai 5,7 juta metrin ton (dalam kurun waktu 1 tahun). Karena memang cadangan dan produksi minyak bumi kita semakin berkurang , maka menjadikan LPG tak bisa hanya dipenuhi dari dalam negeri saja . Menurut data Ditjen Migas, produksi total LPG di tahun 2006 dalam presentase masih sebesar 95% , di tahun 2012 menjadi 50%. Artinya di tahun 2012 untuk pemenuhan LPG kita harus mengimpor sebesar 50%. Bahkan kabar terbaru di tahun 2014 ini Indonesia harus mengimpor sebesar 60% untuk kebutuhan LPG. Lebih dari separuh LPG yang bisa dijumpai di berbagai rumah itu ternyata hasil jerih payah asing yang masuk ke negeri kita.
Indonesia hari ini telah masuk ke dalam net-importer untuk minyak bumi dan LPG. Kalau keadaan ini dibiarkan terus, lama-kelamaan Indonesia akan masuk ke dalam area net-importer Energi. Sistem energi kita akan sepenuhnya tergantung dan dikuasai asing.
Memang dalam hal ini sumber daya LPG tidak terlalu melimpah di bumi pertiwi ini. Namun Indonesia tentu mempunyai kekayaan berupa gas alam yang sebenarnya bisa digunakan sebagai pengganti LPG. Hanya saja, pemerintah belum terlalu bisa melakukan terobosan dalam rangka pemanfaatan gas alam. Entah apakah ini karena minimnya dana dan infrastruktur, ataukah keterkaitan mafia migas yang menutup-nutupi potensi gas alam tersebut?

No comments:

Post a Comment